For a Pessimist, I'm Pretty Optimistic


Jepang memiliki banyak sekali karya yang bertemakan pantang menyerah dalam mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas. Misalnya anime Naruto yang bercerita tentang perjuangan Naruto untuk menjadi seorang hokage. Dalam penggalan lirik lagu idol grup Jepang, AKB48 yang dibawakan oleh sister grupnya, JKT48 berjudul Shonichi juga memiliki pesan serupa, "Impian ada di tengah peluh, bagai bunga yang mekar secara perlahan, usaha keras itu tak akan menghianati."

Begitu juga dalam film yang ditulis oleh Yoshida Noriko. Film yang diangkat dari kisah nyata ini berjudul Hidarite Ippon no Shuuto, rilis pada tahun 2020. Dibintangi oleh model sekaligus aktor muda bernama Nakagawa Taishi yang berperan sebagai Tanaka Masayuki. Film ini bercerita tentang pebasket muda yang berkeinginan untuk tetap terus bermain basket dalam keadaan dan kondisi apapun.

Tanaka Masayuki adalah pemain basket sekaligus ace dari SMA Hikawa. Dia memiliki misi balas dendam untuk mengalahkan tim lawan yang pernah mengalahkannya di kompetisi sebelumnya. Namun, nasib buruk menimpa Masayuki ketika sedang bersiap latihan bersama timnya. Masayuki tiba-tiba tak sadarkan diri dan langsung dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dokter mengatakan bahwa Masayuki mengidap penyakit malformation arteriovenous sehingga mengalami pendarahan di otaknya.


Setelah mengalami koma selama 16 hari, Masayuki akhirnya membuka matanya. Pelatih basket dan teman-teman Masayuki menjenguk dengan rasa bahagia setelah mendengar kabar tersebut. Mereka membawa bola basket yang bertuliskan harapan dan doa untuk kesembuhan Masayuki oleh teman-temannya. Namun, sesampainya di kamar Masayuki, dia tidak bisa merespon pelatih dan teman-temannya. Hal ini membuat mereka cukup sedih.

Beberapa hari kemudian, Masayuki mulai sadar dan dapat merespon ibu dan dokter. Namun, dokter mengatakan bahwa umur Masayuki tidak dapat bertahan lama. Tanaka, ibu Masayuki, sempat mengatakan bahwa dia tidak dapat bermain basket seperti dulu. Mendengar ucapan ibunya, Masayuki marah kepada dan bersikeras untuk sehat dan normal agar dapat bermain basket bersama timnya.

Keesokan harinya, ibu Masayuki tidak sengaja melihat perjuangan anaknya berlatih berjalan dengan bantuan tiang yang ada di ruang tunggu rumah sakit. Ibu Masayuki sedih melihat kejadian tersebut dan memutuskan untuk membawanya ke tempat terapi agar Masayuki dapat dilatih berjalan oleh ahlinya.

Berkat terapi yang Masayuki jalani, akhirnya dia mampu berjalan dengan setengah badan bagian kanannya lumpuh. Dengan kondisi seperti itu, Masayuki mulai berlatih basket dengan teman-temannya seperti biasa. Awalnya cukup sulit baginya untuk melakukan shoot atau menembak seperti dulu. Namun, berkat suport ayahnya yang membuatkan tiang basket dan motivasi yang didapat dari ibunya, serta dukungan penuh dari teman-teman dan pelatihnya agar dia dapat melakukan tembakan tiga angka.

Berkat kegigihan dan keinginan kerasnya, pelatih basket tim Hikawa, memutuskan untuk mengajak Masayuki bergabung dalam pertandingan persahabatan. Pelatih memberikan nomor punggung sebelas untuk Masayuki. Awalnya, pelatih berencana membawa Masayuki sebagai pemain cadangan saja. Namun, teman-teman Masayuki memaksa pelatih untuk memainkannya. Pelatih mau tidak mau menyetujui permintaan anak didiknya dengan syarat mereka harus bermain baik dan unggul jauh dari tim lawan. Bukan tanpa alasan pelatih menyuruh mereka bermain baik, karena apabila tim Hikawa kalah, akan berpengaruh terhadap mental Masayuki.

Singkat cerita, pak pelatih memasukan Masayuki pada quarter terakhir dengan keadaan unggul dua kali dari poin tim lawan. Masayuki berhasil mencetak tiga angka dengan tangan kirinya. Hal itu membuat nya bangga dengan kerja kerasnya bangkit dari keterpurukan. Hingga kini Masayuki yang memasuki umur kepala tiga masih terus mengembangkan mimpinya dengan keadaan dan kondisnya tersebut.

Film mengajarkan untuk terus semangat dalam mengejar keinginan. Dibutuhkan usaha keras dan konsiten fokus dalam hal yang ingin digapai. Film ini juga mengajarkan parenting tentang bagaimana cara orang tua terus mendukung keinginan dan kemauan anaknya. Selain itu, film ini juga menampilkan bagaimana lingkungan yang positif dan sportif dapat membantu membentuk teman-teman kita yang memiliki kekurangan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama